Herpetofauna atau nama lain dari Herpetologi adalah ilmu mempelajari tentang keanekaragaman reptil dan amfibi di habitatnya langsung, atau bisa juga disebut ‘in situ’. Meliputi taksonomi (klasifikasi), sistematik, ekologi, perilaku, anatomi, sejarah hidup, distribusi, biomedis dari racun dan bisa.

Pengamatan herpet ini cukup menyenangkan dan juga membahayakan karena dilakukan pada malam hari. Fungsi pengamatan hewan reptil dan amfibi ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman yang ada di sekitar kita, karena menurut para penggiat herpet ini seperti Field Herping Javanesia adalah amfibi menjadi indikator bahwa banyaknya keanekaragaman amfibi di alam menjadi bukti bahwa alam tersebut masih terjaga dan asri.

Reptil (binatang melata, atau dalam bahasa Latin “Reptans” artinya ‘melata’ atau ‘merayap’) adalah kelompok hewan vertebrata berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat tungkai) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik.

Sistematika Reptil

Reptil memiliki 4 bangsa, yaitu;
1. Testudinata (Kura-kura dan penyu)
2. Squamata (kadal dan ular)
3. Crocodylia (buaya)
4. Rhynchocephalia (tuatara)

Dari 4 bangsa ini, hanya bangsa Rhynchocephalia yang tidak di temukan di indonesia. bangsa ini hanya memiliki satu family,yaitu Sphenodontidae dan memiliki satu spesies (Sphenodon punctatus) / Tuatara. Bangsa ini hanya terdapat di Selandia Baru.

Bangsa Testudinata (kura-kura dan penyu) habitatnya bersifat terestrial dan aquatik. Reptil yang hidup di sungai dan di laut yang tubuhnya di lindungi oleh 2 rangka, tidak memiliki gigi, rahang berbentuk seperti paruh, lidah tidak dapat di julurkan, memiliki kelopak mata, biasanya leher dapat ditarik masuk dan memiliki 8 tulang belakang pentadactyl. Ada dari zaman permian sampai sekarang.

Bangsa Squamata (Ular dan Kadal) habitatnya bersifat arboreal (pepohonan) terestrial (serasah) dan aquatik (air) yang tengkoraknya bermodifikasi menjadi diapsida, memiliki gigi dan tubuhnya di lapisi sisik. Bangsa Squamata memiliki 2 Subordo, yaitu ordo Lacertilia (kadal) dan Ophidia (ular).

Bangsa Crocodylia (buaya) habitatnya bersifat erestrial dan aquatik, memiliki tulang belakang yang memanjang dan sudah ada dari zaman terassic hingga sekarang.

Amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan.

Sistematika Amfibi

Selama ini, kebanyakan orang hanya mengenal katak atau kodok sebagai satu-satunya amfibi. Sebenarnya amfibi terdiri dari 3 bangsa, yaitu Sesilia, Caudata dan Anura. Bangsa sesilia dikenal juga dengan nama apoda (a = tidak; pod = kaki; tidak berkaki) atau Gymnophiona. Ini adalah amfibi yang tidak memiliki kaki dan sepintas mirip seperti cacing. Hewan ini jarang muncul di permukaan, biasanya berada di dalam tanah, di dalam tumpukan serasah atau di air. Sesilia dijumpai di Amerika Selatan dan Amerika Tengah, Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia. Paling tidak ada satu jenis sesilia yang ada di Jawa Barat yaitu Ichthyohpis hypocyaeneus (suku Ichthyophiidae) yang terdapat di

Bodogol, Taman Nasional Gede Pangrango (Kusrini 2007). Berbeda dengan kebanyakan katak yang kawin secara eksternal, diduga semua sesilia memiliki fertilisasi internal. Beberapa jenis sesilia memiliki larva yang bersifat akuatik namun beberapa jenis lainnya memiliki telur yang akan berkembang langsung menjadi bentuk dewasa terestrial atau bahkan melahirkan anak.

Bangsa Caudata dikenal juga dengan nama Salamander dan merupakan satu-satunya bangsa yang tidak dijumpai di Indonesia. Hewan ini memiliki bentuk kepala, badan dan ekor yang jelas dengan empat tungkai yang berukuran sama. Sekilas seperti kadal namun tidak bersisik. Larva dari jenis ini jika akuatik, berbentuk hampir seperti induknya dan tidak ada metamorfosis yang nyata.

Bangsa Anura merupakan bangsa yang paling dikenal orang masyarakat luas dan ditemukan di hampir seluruh belahan dunia. Sebagian besar amfibi Indonesia umumnya masuk ke dalam kelompok ini. Anggota bangsa inilah yang disebut sebagai katak atau kodok dalam bahasa Indonesia. Tubuh umumnya pendek dan lebar, terdiri dari kepala dan bagian badan serta memiliki dua pasang tungkai dimana tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Umumnya kaki memiliki selaput yang digunakan untuk melompat dan berenang. Anura memiliki pita suara dan jantan akan mengeluarkan suara untuk menarik betina. Fertilisasi umumnya berlangsung eksternal. Telur yang menetas biasanya akan tumbuh menjadi larva yang berbeda dengan bentuk dewasa dan dikenal dengan nama berudu. Hampir semua berudu akan mengalami metamorfosis saat berubah menjadi dewasa, walau ada yang langsung menjadi bentuk dewasa. Jenis anura ditemukan di Jawa Barat yang terdiri dari enam suku yaitu Bufonidae, Dicroglossidae, Microhylidae, Megophryidae, Ranidae, dan Rhacophoridae.

Untuk lebih lengkapnya, kunjungi halaman berikut ini; FIELD HERPING JAVANESIA