Leuweung Weuteuh Masyarakat Teu Riweuh

Slogan diatas merupakan penyemangat masyarakat kampung Sukagalih, desa Cipeuteuy dalam menjaga dan mengelola lahan dan hutan di sekitar mereka.

March 7, 2021

Saya ditemani oleh teman anggota baru Absolute bersama dengan beberapa masyarakat dan tentunya ditemani juga oleh ketua kampung berdiskusi lebih dalam tentang arti slogan ini, teman saya menganga ketika Pak Rokip, ketua kampung disana menjelaskan makna dan arti slogan tersebut. Pak Rokip menjelaskan bahwa hutan yang dikelola oleh masyarakat Sukagalih harus tetap lestari, hutan ini adalah bekal bagi generasi yang akan datang, selain itu tanaman tumpang sari di areal tersebut harus tetap terkelola dengan baik untuk bekal kehidupan sekarang dan yang akan datang. Teman saya berbisik “gelllo urang mah teu nyangka masyarakat didieu pamikiranna panyang” maklum teman Saya ini baru pulang kampung, setelah lama tinggal di kota untuk bekerja. Pak Rokip dan teman-teman nya terus bercerita, mereka menegaskan penduduk kampung ini tidak akan hidup susah apabila memegang teguh slogan/motto ini.

Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 12 malam, dengan di temani kopi hangat obrolan ringan kami terus berlangsung. Kali ini kami ngobrol tentang rencana kedepan kelompok Sukagalih, salah satunya mereka menginginkan adanya film dokumenter tentang kampung, rupanya mereka terpesona dengan film yang bertajuk The Guardian Of Javan Hawk Eagle dan Sui Utik, sebuah film dokumenter yang Saya dapat dari salah satu perkumpulan yang konsen pada lingkungan hidup di Bogor, film tersebut menceritakan tentang pengelolaan lahan dan hutan yang pernah kami putar di celah acara nonton bareng. Waktu terus berlalu dan malam makin dingin, teman saya menggigil karena sudah lama tinggal di kota yang udaranya panas, akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri perbincangan dan pulang.